Senin, 20 Juni 2011

Istana Kadriah | PONTIANAK



Tahukah, sahabat Bravo!, siapa pencipta lambang negara kita, Garuda Pancasila? Ia adalah Sultan Syarif Hamid Alkadrie II, Sultan ke-8 dari Kesultanan Pontianak. Dulu, ia tinggal di Istana Kadriah, Pontianak, Kalimantan Barat. Seperti apa, ya, istananya itu? Yuk, kita cari tahu bersama-sama.

Kesultanan Pontianak
Istana Kadriah didirikan pada masa pemerintahan Sultan Syarif Abdurrahman tahun 1771 M. Ia adalah putra dari Habib Husein Alkadrie, yang pernah menjadi hakim agama Kerajaan Matan dan ulama terkemuka Kerajaan Mempawah. Sepeninggal ayahnya, Sultan Syarif Abdurrahman berkelana mencari pemukiman baru dengan menyusuri Sungai Kapuas ke arah hulu hingga tiba di sebuah tanjung yang merupakan persimpangan Sungai Landak dan Sungai Kapuas. Di situ, ia mendirikan sebuah kerajaan baru yang diberi nama Kesultanan Pontianak. Sebagai pusat kerajaan, dibangunlah istana yang dinamakan Istana Kadriah dan sebuah masjid bernama Masjid Abdurrahman.
Kesultanan Pontianak berlangsung hingga tahun 1952 dan bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada masa pemerintahan Sultan ke-8, Sultan Syarif Hamid Alkadrie II. Ia mempunyai peranan penting dalam pembentukan negara kita, yaitu menciptakan lambang negara, Garuda Pancasila. Sejak bergabung dengan NKRI, kesultanan berakhir dan berkembang menjadi Kota Pontianak, ibukota provinsi Kalimantan Barat.

Kemegahan Istana Kadriah

Istana Kadriah sangat mudah dijangkau karena letaknya yang tak jauh dari pusat kota. Kita bisa menggunakan oplet dengan hanya membayar Rp2.500,00 untuk menuju ke Pontianak Utara dan berhenti di gerbang istana paling luar. Jarak dari gerbang ke luar istana cukup jauh. Bila tak ingin kelelahan, naik becak menjadi pilihan yang menyenangkan. Sekitar 1,5 km dari gerbang istana paling luar terlihat plang besar berwarna kuning bertuliskan ‘Istana Kadriah’ yang mengarah ke gerbang dalam istana.
Dari gerbang dalam yang berupa lorong, kita bisa melihat istana yang indah dan tetap kokoh meskipun sudah berusia tua. Hampir seluruh bagian istana dibangun menggunakan kayu belian pilihan sehingga kuat bertahan hingga saat ini. Bangunan istana berkolong cukup tinggi, yang merupakan ciri khas konstruksi bangunan di Kalimantan. Di halaman depan istana terdapat 13 meriam kuno buatan Portugis dan Prancis.
Udara terasa sangat menyejukkan ketika memasuki istana. Panas matahari yang terik berganti menjadi angin semilir. Istana ini terdiri atas empat lantai dengan lantai utama berbentuk segi empat dan dikelilingi serambi. Serambi tersebut berfungsi sebagai peralihan dari luar ke dalam istana sekaligus melindungi ruang utama dari cahaya matahari dan air hujan. Di atas serambi terdapat anjungan yang menghadap ke Sungai Kapuas. Dulu, anjungan ini digunakan oleh sultan sebagai tempat beristirahat sambil menikmati pemandangan Sungai Kapuas dan Sungai Landak.
Di atas pintu utama terdapat hiasan mahkota serta tiga ornamen bulan dan bintang yang menunjukkan bahwa Kesultanan Pontianak merupakan kerajaan Islam. Ruangan dalam istana yang merupakan balairung didominasi warna kuning dan oranye. Menurut tradisi Melayu, warna tersebut melambangkan kewibawaan dan ketinggian budi pekerti. Di ujung ruangan bagian tengah terdapat singgasana sultan dan permaisuri yang berwarna keemasan, digunakan saat menerima para tamu. Pada ruangan utama ini terdapat beberapa ornamen istana seperti guci, lampu hias, Alquran kuno, lemari kaca, sepasang meriam kuno di sudut ruangan, foto-foto Sultan Pontianak dan silsilah kerajaan yang tertera di dinding.
Di sebelah kanan dan kiri ruang utama terdapat enam kamar, yang salah satunya adalah kamar sultan. Ada pula ruang makan dan kamar mandi, namun saat ini tidak dibuka untuk pengunjung. Di belakang balairung terdapat ruang penyimpanan yang digunakan untuk menyimpan benda-benda warisan kesultanan, seperti senjata, pakaian sultan dan permaisuri, foto-foto keluarga sultan, dan beberapa arca.

Masjid Abdurrahman

Tak jauh dari istana, hanya berjarak beberapa puluh meter, terdapat Masjid Abdurrahman yang dibangun bersamaan dengan istana. Arsitektur masjid sangat indah dan berciri khas bangunan Kalimantan. Konstruksi atapnya bertingkat tiga, senada dengan konstruksi atap istana dan gerbang luar istana. Masjid ini terletak tepat di tepi Sungai Kapuas. Dari halaman masjid yang bersih kita dapat menikmati pemandangan yang elok. Sejumlah kapal terlihat hilir mudik dan sampan-sampan kecil menyeberangkan para penumpangnya.
Menikmati indahnya Sungai Kapuas setelah mengunjungi Istana Kadriah dan Masjid Abdurrahman mengingatkan kita pada kekayaan alam dan budaya negeri kita tercinta. Sahabat Bravo! semakin bangga menjadi bangsa Indonesia, kan? (Fransisca Emilia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar