Senin, 20 Juni 2011

Keraton Ismahayana | Kab.LANDAK



*Ritual Keluarga Besar Keraton Ismahayana

Oleh: Kundori (Wartawan Equator)

DI KABUPATEN Landak salah satu potensi wisata adalah rituan Tumpang Negeri dilaksanakan setiap bulan Januari oleh keluarga besar Keraton Ismahayana Landak. Adapun rangkaian Tumpang Negeri itu diantaranya, sedekah kampong, kegiatan ini untuk melestarikan adat istiadat yang diwariskan nenek moyang. Ziarah akbar di makam pendiri kerajaan Landak Abdul Khahar di Desa Mungguk Kecamatan Ngabang dan pada hari puncak dilakukan ritual dari Tumpang Negeri itu sendiri yakni upacara Tumpang Negeri dipenuhi berbagai persyaratan dan spiritualitas. Bila syarat tidak dilaksanakan, dipercaya dapat menimbulkan akibat tak diinginkan. Salah satu contoh, ayam yang digunakan untuk upacara, harus ayam kampung. Yang merupakan perlambang dan mempunyai sifat, selalu berusaha mencari makan sepanjang hari. Dan itu dilakukan semenjak subuh hari. Begitupun manusia dalam menjalani hidupnya. Harus berusaha mandiri. Tidak perlu menunggu disantuni, atau mengharap bantuan orang lain. Pulut rasul merupakan simbol kerekatan sosial. Bahwa dalam masyarakat, harusnya bersatu seperti pulut. Kenyal dan tidak kaku. Tapi, ia terekat dalam satu kerekatan. Kue tradisional, merupakan wujud dari kesejahteraan.

Pangeran Ratu Keraton Ismahayana Landak Drs Gusti Suryansyah Msi pernah mengatakan, Tumpang Negeri merupakan kegiatan, yang berawal dari kearifan lokal orang Melayu, atau orang laut di Kabupaten Landak. Kearifan lokal merefleksikan, manusia bukanlah mahluk berkuasa. Ketika terjadi bencana alam, manusia tidak bisa menghindar. Menyadari manusia mahluk lemah, supaya manusia menjadi kuat, ia harus berinteraksi dengan alam. Bekerja sama dengan alam, jauh lebih baik daripada menaklukan alam.
Alam ada dua. Alam gaib dan nyata. Kearifan lokal masyarakat setempat, manusia harus bisa berinteraksi dengan alam gaib. Melalui upacara Tumpang Negeri, masyarakat seolah ingin memberi tahu, bahwa mereka akan melaksanakan perhelatan besar selama setahun.
Tujuannya, supaya semua diberi kemudahan dalam melakukan sesuatu. Yang bertani mengharapkan kemudahan dalam bercocok tanam. Bagi yang bekerja di sektor usaha, dimudahkan dalam berusaha. Dan berbagai kemudahan dalam menjalankan aspek hidup lainnya. Masyarakat menginginkan ”mereka” yang berada di alam gaib ikut menjaga, ketika manusia menggunakan sungai dan menggunakan jalan, tidak diganggu. Bagi sebagian besar masyarakat Kalimantan, sungai merupakan urat nadi kehidupan. Jalur perekonomian dan transportasi.Kita meminta kepada Tuhan, yang berkuasa atas mahluk-mahluk, supaya urat nadi kehidupan ini tidak diganggu. Jadi, bukan meminta kepada alam gaib. Bila meminta pada alam gaib, sifatnya menjadi sirik dan menyekutukan Tuhan. Itulah, makna filosofinya,” tandasnya. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar