Senin, 20 Juni 2011

Tugu Khatulistiwa



Tugu yang dilalui garis khatulistiwa. Foto: blogspot
Ini dia salah satu tempat teristimewa di Pontianak, Tugu Khatulistiwa atau Equator Monument. Kenapa istimewa? Yah, itu tadi karena memang kota ini dilalui garis khayal khatulistiwa.
Untuk menandainya garis khayal itu, dibangun sebuah Tugu Khatulistiwa atau Equator Monument pada garis lintang nol derajat yang terletak di Siantan, sekitar tiga kilometer dari pusat Kota Pontianak ke arah Kecamatan Sungai Pinyuh, Kabupaten Pontianak.
Setiap pengunjung yang datang pasti selalu penasaran dan mencari tahu letak persis titik lintang nol derajat yang membelah Bumi secara horizontal

Hampir bisa dipastikan pada awalnya semua pengunjung takjub melihat keunikan tugu yang terbuat dari kayu ulin ini. Selain menikmati keunikan Tugu Khatulistiwa, yang paling banyak dicari pengunjung adalah mencari tahu letak persis titik lintang nol derajat yang membelah Bumi secara horizontal.
Lalu, apa istimewanya garis lintang nol derajat tersebut? Sebenarnya, garis khatulistiwa atau garis ekuator hanyalah buatan manusia. Masih ingat tidak? Garis tersebut ada di pelajaran geografi.
Dalam pelajaran geografi, Bumi diibaratkan dibagi menjadi dua bagian, yakni belahan utara dan belahan

Tugu Khatulistiwa. Foto: pontianakpost
selatan. Dari pembagian itu, bisa dilihat, Kota Pontianak berada persis di tengah-tengah garis tersebut.
Daya tarik Tugu ini pun terlihat pada sebuah peristiwa. Sebuah peristiwa menakjubkan, yaitu, saat terjadi kulminasi, yakni matahari tepat berada di garis khatulistiwa.
Pada saat itu bayangan tugu "menghilang" beberapa detik, meskipun diterpa sinar Matahari. Kita yang berdiri di sekitar tugu juga akan hilang bayangannya selama beberapa saat. Nesi ikut mencoba, eh benaar loh, bayangan Nesi hilang!
Titik kulminasi matahari itu terjadi setahun dua kali, yakni antara tanggal 21-23 Maret dan 21-23 September. Bagi masyarakat Kalbar, peristiwa alam ini menjadi tontonan menarik.
Bagaimana garis nol derajat itu bisa ditemukan di Kota Pontianak? Nah, dari sebuah catatan yang diperoleh pada tahun 1941. Disebutkan bahwa pada 31 Maret 1928 telah datang di Pontianak satu ekspedisi internasional yang dipimpin seorang ahli geografi berkebangsaan Belanda.
Ekspedisi ini merupakan sebuah perjalanan menuju Kota Pontianak untuk menentukan titik atau tonggak garis ekuator. Pada tahun 1928, berhasil dibangun tugu pertama berbentuk tonggak tanda panah. Tonggak itu kemudian disempurnakan tahun 1930.
Selain di atasnya ada tanda panah, juga ada lingkaran. Setelah itu, arsitek Silaban pada tahun 1938 melakukan penyempurnaan dan membangun tugu yang baru.
Tugu inilah yang kemudian bentuknya sangat terkenal di dunia. Bangunan itu terdiri dari empat buah tonggak atau tiang dari kayu belian atau kayu ulin (kayu langka khas Kalimantan). Masing-masing tonggak berdiameter 0,30 meter.
Dua tonggak bagian depan tingginya 3,05 meter dari permukaan tanah, sedangkan dua tonggak bagian belakang, tempat lingkaran dan anak panah penunjuk arah, tingginya 4,40 Diameter lingkaran yang bertuliskan "EUENAAR" 2,11 meter.
Panjang panah yang menunjuk arah lingkaran ekuator adalah 2,15 meter. Di bawah panah terdapat tulisan "109 derajat 20’0"OlvG" yang menunjukkan letak tugu itu berdiri pada garis bujur timur.

Suasana malam hari di Tugu Khatulistiwa. Foto: photobucket
Setiap terjadi titik kulminasi, bayangan tugu dan benda-benda lain di sekitarnya menghilang beberapa saat. Ini menandakan bahwa tugu ini benar-benar berada di garis lintang nol derajat.
Pada tahun 1990 kembali Tugu Khatulistiwa tersebut direnovasi dengan pembuatan kubah untuk melindungi tugu asli serta pembuatan duplikat tugu dengan ukuran 5 kali lebih besar dari tugu yang asli.
Tugu itu diresmikan pada tanggal 21 September 1991. Dan untuk memperindah bangunan, dibuatlah kawasan taman hingga ke pinggir Sungai Kapuas.
Saat ini tugu telah berusia 75 tahun. Selama kurun waktu itulah Kota Pontianak menjadi salah satu kota yang terkenal di dunia sebagai kota khatulistiwa. Mau melihat Tugu Khatulistiwa ditambah pemandangan di sekitar Sungai Kapuas? Mampir saja ke kota Pontianak! (Annisa/Kidnesia/kompas)

Taman Wisata Alam Bukit Kelam


Taman Wisata Alam Bukit Kelam konon terkait dengan legenda Bujang Beji dan Tumenggung Marubai.


Bujang Beji dan Tumenggung Marubai adalah kepala kelompok para penangkap ikan di Negeri Sintang (ibukota Kabupaten Sintang sekarang). Bujang Beji beserta kelompoknya menguasai Sungai Kapuas, sedangkan Tumenggung Marubai beserta kelompoknya menguasai Sungan Melawi.
Karena perbedaan hasil tangkapan ikan, muncul niat jahat Bujang Beji untuk menutup aliran sungan Melawi dengan batu besar. Lalu ia pergi ke Kapuas Hulu untuk mengangkat batu besar yang terdapat di puncak bukit Nanga Silat dan membawanya ke Sungai Melawi. Namun, di persimpangan Sungai Kapuas dan Sungai Melawi, dewi-dewi dari kayangan menertawakannya beramai-ramai. Tatkala mendongakan kepala mencari asal suara, tanpa disadarinya, ia menginjak duri beracun. Seketika itu juga batu yang dipikulnya terlepas dan kemudian terbenam di suatu tempat yang bernama Jetak.
Menurut legendanya, batu besar yang terbenam itu kemudian tumbuh perlahan-lahan menjadi sebuah bukit. Sekarang ini, bukit tersebut dikenal dengan Bukit Kelam, sebuah obyek wisata unik dan eksotik yang sangat dikagumi oleh para wisatawan. Dinamakan bukit kelam, karena batu-batu yang terdapat di bukit tersebut berwarna hitam.
Kawasan seluas 520 hektar itu oleh pemerintah pusat melalui surat keputusan menteri kehutanan RI nomor 594/Kpts-II/92 tanggal 06 Juni 1992 ditetapkan sebagai Taman Wisata Alam Bukit Kelam. Di puncak bukitnya terdapat gua-gua alam yang eksotis dan bernuansa magis yang di dalamnya terdapat burung walet.
Taman wisata alam Bukit Kelam ini terletak di Kecamatan Kelam Permai, Kabupaten Sintang, Kalbar.

Taman Wisata Alam Baning


Taman Wisata Alam Baning , Udaranya yang sejuk dan segar, pohonnya yang rindang dan hijau, kicauan beraneka burung, menjadikan Taman Wisata Alam Baning tepat sekali dipilih sebagai tempat rekreasi alam yang mengasyikan
Keistimewaan Taman Wisata Alam Baning,  karena merupakan satu-satunya hutan tropis alami di Indonesia yang berada di tengah-tengah kota. Kawasan ini ditumbuhi oleh beribu-ribu pohon besar dan kaya dengan aneka flora dan fauna langkanya. Sehingga, selain sebagai tempat wisata yang menarik, kawasan ini juga dapat dijadikan tempat penelitian tentang kekayaan hayati bagi ilmuan, mahasiswa, pelajar, dan bahkan masyarakat umum

Sebuah laboratorium yang dijadikan sebagai sarana pendukung penelitian dan pengembangan berbagai kekayaan hayati di kawasan ini, juga dapat dikunjungi oleh mereka yang ingin mengetahui tentang dasar-dasar ilmu kehutanan.
Di Taman Wisata Alam Baning, tersedia sebuah jembatan kayu yang membelah hutan, sehingga dapat digunakan pengunjung yang ingin menikmati kesejukan dan kekayaan hayati kawasan tersebut dari ketinggian.
Bagi penyuka olahraga lintas alam, di kawasan ini tersedia jalan setapak yang berliku-liku sampai ke dalam hutan dengan medan yang cukup menantang. Areal camping ground yang luas dan aman dapat mengakomodir keinginan pengunjung yang ingin berkemah.
Secara administratif, Taman Wisata Alam Baning berada dalam wilayah Kelurahan Baning Kota dan Kelurahan Tanjung Puri, Kecamatan Sintang, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia.
Flora dan Fauna
Di kawasan ini, terdapat berbagai flora langka, seperti ramin (gonystilur bancanus sp), jelutung (diera lawii), resam (glyhenis linearis), rengas (gluta renghas sp), medang (litsea firma sp), mentibu (dacty locladusstenos), perepat (cambreto carpus rotundatus), bintangor (callophyllum inophylum), pulai (alstonia schoolaris), kempilik (quercus sp), tamang burung (eugenia sp), kantong semar, dan anggrek hitam.
Beraneka fauna langkanya, seperti raja udang (halycon smyrnemsis), biawak (varanus salvator), punai (tretron vernaris), beo (gracula religiosa), cucakrawa (pycnonatus zeylandicus), musang air (cynogale bennetti), tupai tanah (larisous insignis), bajing terbang (peraurista elegans), kelasi, dan aneka jenis burung, kian mengukuhkan betapa spesialnya kawasan ini.
Fasilitas wisata dapat ditemukan dalam kawasan ini antara lain warung makan, kantin, pedagang asongan, dan pedagang kaki lima yang menyediakan berbagai menu makanan dan minuman. losmen, wisma, dan hotel dengan berbagai tipe, pusat informasi pariwisata, satuan pengamanan, rumah sakit umum, puskesmas, poliklinik, apotek, camping ground, masjid, mushola, gereja, kios wartel, voucher isi ulang pulsa, serta sentra oleh-oleh dan cenderamata
Dari pusat Kota Sintang menuju Taman Wisata Alam Baning, pengunjung dapat mengaksesnya dengan menggunakan bus, minibus, angkutan kota, atau kendaraan pribadi. berjalan kaki atau bersepeda dari pusat Kota Sintang.
Hutan Wisata Baning merupakan suatu kawasan pelestaian alam yang terletak di pusat kota Sintang. Termasuk wilayah Kabupaten Dati II Sintang .Hutan Wisata Baning termasuk dalam wilayah KPH Sintang Utara.
Sebeleh Utara Wisata Alam Baning berbatasan dengan Kelurahan Tanjungpuri Kecamatan Sintang, Sebelah Selatan berbatasan dengan Sungai Tebelian, Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Kapuas Kanan Hulu Kecamatan Sintang, sedangkan Sebelah Barat Wisata Alam Baning berbatasan dengan Desa Terentung Kecamatan Sintang.
Kawasan ini mempunyai topografi datar dengan tipe ekosistem hutan rawa gambut yang selalu terenang hampir sepanjang tahun.
Keunikan ekosistem kawasan, karena merupakan hutan rawa gambut yang tergenang sepanjang tahun sehingga diperkirakan terdapat beberapa jenis tumbuhan endemik
Hutan Wisata Baning hanya menampilkan keberadaan hutannya sebagai obyek. Jalur wisata yang dibuat di bawah keteduhan tajuk pohon, serta ekosistem hutannya yang unik berupa hutan rawa gambut merupakan daya tarik tersendiri bagi pengunjung
[referensi : perempuan.com]

TAMAN RINDU ALAM


Kota Singkawang memiliki tempat wisata yang banyak , hal ini dikarenakan singkawang telah dikaruniai dengan keindahan alam yang begitu luar biasa. Di Kalimantan barat, mungkin Singkawang lah satu satunya kota yang memiliki tempat wisata yang lengkap dan indah, mulai dari wisata pantai, gunung, sampai wisata alam buatan.Dan kini wisata Singkawang bertambah lagi dengan dibukanya Taman Rindu Alam. Wisata yang memadukan tidak hanya keindahan pantainya, tetapi juga menampilkan keindahan gunung gunungnya, yaitu Gunung bajau, gunung Kota, Gunung Besar dan Gunung lapis.

Dari masing masing gunung di Taman Rindu Alam,pengunjung dapat menikmati suasana dan



pemandangan yang berbeda beda dan karakteristik yang unik.Di puncak gunung Kota dan Gunung Besar, pengunjung dapat melihat kota Singkawang dari ketinggian ± 300 meter. Dari Gunung bajau pengunjung dapat melihat hamparan pasir putih di sepanjang pantai Kura Kura Beach, Pantai Samudara Indah, pantai Pasir panjang, Pantai Palm Beach, pantai Pasir Pendek serta pantai Sedau. Bahkan pengujung dapat melihat fenomena alam yang luar biasa dimana pada pagi hari laut seakan berwarna warni.
Selain itu di puncak gunung bajau terdapat sebuah batu, yang disebut batu masjid. Konon, menurut masyarakat setempat, batu tersebut adalah masjidnya para jin.


Apa yang dikatakan di atas bukanlah sekedar isapan jempol belaka, namun penulis rasakan sendiri ketika pertamakali datang ke Taman rindu alam. Rasa takjub, kagum, hingga ungkapan Spektakuler terucap . Rasanya tidaklah berlebihan kalau dikatakan Taman Rindu alam bisa menjadi Tempat wisata yang terbaik di Kota Singkawang.

Taman Nasional Gunung Palung




Taman Nasional Gunung Palung merupakan salah satu kawasan pelestarian alam yang memiliki keaneka-ragaman hayati bernilai tinggi, dan berbagai tipe ekosistem antara lain hutan mangrove, hutan rawa, rawa gambut, hutan rawa air tawar, hutan pamah tropika, dan hutan pegunungan yang selalu ditutupi kabut.
Taman nasional ini merupakan satu-satunya kawasan hutan tropika Dipterocarpus yang terbaik dan terluas di Kalimantan. Sekitar 65 persen kawasan, masih berupa hutan primer yang tidak terganggu aktivitas manusia dan memiliki banyak komunitas tumbuhan dan satwa liar.
Seperti daerah Kalimantan Barat lain, umumnya kawasan ini ditumbuhi oleh jelutung (Dyera costulata), ramin (Gonystylus bancanus), damar (Agathis borneensis), pulai (Alstonia scholaris), rengas (Gluta renghas), kayu ulin (Eusideroxylon zwageri), Bruguiera sp., Lumnitzera sp., Rhizophora sp., Sonneratia sp., ara si pencekik, dan tumbuhan obat.


Tumbuhan yang tergolong unik di taman nasional ini adalah anggrek hitam (Coelogyne pandurata), yang mudah dilihat di Sungai Matan terutama pada bulan Februari-April. Daya tarik anggrek hitam terlihat pada bentuk bunga yang bertanda dengan warna hijau dengan kombinasi bercak hitam pada bagian tengah bunga, dan lama mekar antara 5-6 hari.

Tercatat ada 190 jenis burung dan 35 jenis mamalia yang berperan sebagai pemencar biji tumbuhan di hutan. Semua keluarga burung dan kemungkinan besar dari seluruh jenis burung yang ada di Kalimantan, terdapat di dalam hutan taman nasional ini.
Satwa yang sering terlihat di Taman Nasional Gunung Palung yaitu bekantan (Nasalis larvatus), orangutan (Pongo satyrus), bajing tanah bergaris empat (Lariscus hosei), kijang (Muntiacus muntjak pleiharicus), beruang madu (Helarctos malayanus euryspilus), beruk (Macaca nemestrina nemestrina), klampiau (Hylobates muelleri), kukang (Nyticebus coucang borneanus), rangkong badak (Buceros rhinoceros borneoensis), kancil (Tragulus napu borneanus), ayam hutan (Gallus gallus), enggang gading (Rhinoplax vigil), buaya siam (Crocodylus siamensis), kura-kura gading (Orlitia borneensis), dan penyu tempayan (Caretta caretta). Tidak kalah menariknya keberadaan tupai kenari (Rheithrosciurus macrotis) yang sangat langka, dan sulit untuk dilihat.





Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:
Pantai Pulau Datok dan Bukit Lubang Tedong. Wisata bahari dan berenang
Gunung Palung (1.116 m. dpl) dan Gunung Panti (1.050 m. dpl). Pendakian, air terjun, pengamatan tumbuhan/satwa dan berkemah.
Cabang Panti. Pusat penelitian dengan fasilitas stasiun penelitian, wisma peneliti dan perpustakaan.
Kampung Baru. Pengamatan satwa bekantan.
Sungai Matan dan Sungai Simpang. Menyelusuri sungai, pengamatan satwa dan wisata budaya (situs purbakala).
Atraksi budaya di luar taman nasional:
Musim kunjungan terbaik: bulan Juni s/d September setiap tahunnya.
Cara pencapaian lokasi :
Dari Ketapang (plane) selama 1,5 jam, atau dengan kapal motor antara 6-7 jam, dilanjutkan ke Sukadana (kendaraan roda empat) sekitar dua jam. Dari Sukadana ke lokasi melalui Sungai Meliya dengan longboat (bandong) sekitar empat jam. Pontianak - Teluk Batang (speed boat) empat jam dan dilanjutkan ke Teluk Melano (kendaraan roda dua) sekitar satu jam. Pontianak - Teluk Melano (speed boat) antara 9-10 jam.




Kantor: Jl. KH Wahid Hasyim 41-A
Ketapang, Kalimantan Barat
Telp. / Fax. : (0534) 33539

Dinyatakan ---
Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 448/Kpts-II/1990
Luas 90.000 hektar
Ditetapkan ---
Letak Kabupaten Ketapang,
Provinsi Kalimantan Barat
Temperatur udara 25° - 35° C
Curah hujan Rata-rata 3.000 mm/tahun
Ketinggian tempat 900 – 1.116 meter dpl
Letak geografis 1°03’ - 1°22’ LS, 109°54’ - 110°28’ BT